Laksana-Basyaib Writing Firm
Laksana-Basyaib Writing Firm
Apakah kelas online “Menggambar dengan Kalimat” akan membuat anda pintar menulis?
Jawaban jujur: Tidak!
Saya tidak mampu membuat anda pintar menulis. Anda sendiri yang menjadikan diri pintar menulis.
Kelas ini akan membantu anda mencintai kalimat. Kita tahu bahwa setiap penulis yang baik adalah orang-orang yang mencintai kalimat. Anda bisa menulis, misalnya: "Saya duduk di tepi sungai."
Ide yang sama bisa juga anda tuliskan begini:
Saya duduk memeluk lutut di tanah lembap tepi sungai itu, memandangi airnya yang cokelat keruh, menggigil oleh arusnya yang gemuruh, seolah mendengar derap hantu-hantu, tersayat oleh ingatan tentang adik saya yang tahun lalu terpeleset ke sungai itu dan terseret arus, dan orang-orang menemukan jenazahnya sehari kemudian di muara.
Atau seperti ini agar kian menarik:
Saya duduk memeluk lutut di tanah lembap tepi sungai itu, memandangi airnya yang cokelat keruh, tersayat oleh ingatan tentang adik saya yang tahun lalu terpeleset ke sungai itu. Kami bertengkar dua jam sebelumnya dan ia pergi dari rumah setelah mata kami bertatapan. Ia tidak pulang malam itu. Orang-orang menemukan jenazahnya sehari kemudian di muara.
Atau seperti ini agar lebih menarik lagi:
Saya duduk memeluk lutut di tanah lembap tepi sungai itu, memandangi airnya yang cokelat keruh, menggigil oleh arusnya yang gemuruh, tersayat oleh ingatan tentang adik saya yang tahun lalu terpeleset ke sungai itu. Kami bertengkar dua jam sebelumnya; mulut kami saling menyerang dan mata kami saling menantang. Saya merasa ia ingin menghanguskan tubuh saya dengan sorot matanya. Saya melengos, berjalan ke pintu dan membukanya sambil berkata lirih: “Ada tempat yang lebih baik bagimu, di mana pun, tetapi bukan di rumah ini.” Ia pergi saat itu juga dan tidak pulang selamanya. Orang-orang menemukan jenazahnya mengapung di muara sehari kemudian.
***
SEBAGAIMANA pelatihan apa pun, kelas penulisan hanya berharga ketika ia diajarkan oleh mentor yang baik, yang memahami betul apa yang ia ajarkan, dan metodenya tepat.
Apa yang dipelajari?
Kita akan mendalami antara lain:
perangkat-perangkat literer terpenting untuk menghasilkan kalimat yang memikat pikiran pembaca.
pemilihan kata,
ritme dan musik dalam kalimat,
menambahkan emosi
membangun gambar dan suasana
memilih detail yang menggerakkan cerita.
mempertimbangkan penyampaian terbaiknya, dan lain-lain.
Itu hal-hal penting dalam penulisan, sebab kalimat yang memikat adalah fondasi penulisan yang baik, tetapi di Indonesia tidak ada yang mengajarkannya.
Jadi, kelas "Menggambar dengan Kalimat" adalah kelas pertama yang khusus mempelajari bagaimana menciptakan kalimat yang memikat pikiran. Ada banyak teknik untuk membuat kalimat memikat pikiran, bukan dengan teknik itu-itu melulu: mengejar rima, membuat kalimat berbunga-bunga, atau menjadikan kalimat mendayu-dayu.
Bagaimana kelas dijalankan?
Kelas online akan berlangsung 30 hari, dengan 30 materi dikirimkan tiap hari melalui email. Dengan cara ini anda pasti mengikuti materi pertama sampai terakhir, selain itu anda fleksibel menentukan kapan waktu paling tepat untuk belajar dan melatih diri.
Tiga puluh materi adalah jumlah yang lumayan. Ini setara dengan 30 kali pertemuan, jumlah yang lebih banyak dibandingkan pertemuan dua semester untuk satu matakuliah.
Materi berisi penjelasan tentang topik yang dibahas, disertai dengan contoh-contoh dan latihan yang anda perlu kerjakan setiap hari.
Kenapa harus mengerjakan latihan setiap hari?
Anda perlu melatih diri setiap hari jika ingin menguasai kecakapan dalam bidang apa pun, termasuk menulis. Semua orang yang mahir adalah orang-orang yang melatih diri setiap hari.
Anda berminat?
Biaya normal kelas ini Rp1,650.000. Tetapi, anda bisa mendaftar hari ini dengan biaya hanya Rp490 ribu.
Prosedur pendaftaran:
Sila mentransfer Rp490 ribu ke:
Bank Mandiri no 164.000.009.5804 an. AS Laksana, atau
BCA no 566.006.9714 an. Eka Sulistyawati.
Kirimkan bukti transfer dan beritahukan:
Nama...
Email (sebaiknya Gmail) ...
Klik logo WA di bawah ini untuk mengirimkan bukti transfer, nama, dan alamat gmail anda. Materi pertama akan anda terima hari ini juga dan selanjutnya satu materi setiap hari.
Salam,
AS Laksana
"... saya mengikuti kelas online “Menggambar dengan Kalimat” yang diampu oleh teman baik saya AS Laksana. Saya memanggilnya Sulak, dan dia sudah lama menjadi idola saya sejak saya aktif di pers mahasiswa di UGM Yogyakarta. Sulak, di mata saya, adalah salah satu penulis terbaik Indonesia saat ini.
"Setiap hari selama sebulan Sulak mengirim materi belajar kepada murid-muridnya. Dia mengeksplorasi semua segi untuk menulis kalimat dengan baik dan indah. Setiap hari pula, setelah selesai membaca artikel kuliah yang diberikannya, saya menemukan hal baru. Saya melihat kembali mana yang abai dalam praktik menulis, dan memperbaikinya agar menjadi lebih baik. Kelas ini, saya kira, sungguh bermanfaat bagi siapa saja ingin menulis lebih baik, dan ingin membuat tulisannya lebih bermutu.
"Kalau kamu kadang merasa tulisanmu buruk, saya sarankan mengikuti kelas Sulak ini."
Nezar Patria
*
Kalau kamu suka menulis dan ingin menghadiahi dirimu sesuatu yang membantumu makin lincah menari dengan kata-kata, jangan sampai ketinggalan mendaftar kelas "Menggambar dengan Kalimat".
Selama 30 hari, kamu akan dapat banyak pelajaran berharga. Kelas ini adalah 30 hari penuh pencerahan yang membuat kalimat-kalimat busuk bertele-tele, macet, patah-patah dan hampa yang kamu buat selama ini terasa makin busuk dan bikin malu, karena caramu membuat kalimat adalah cerminan cara kamu berpikir.
Stamina saya terbukti tak dapat mengimbanginya. Tapi pelajaran-pelajaran sangat berharga ini saya jamin akan saya mamah biak pelan-pelan dalam waktu-waktu mendatang. Saya akan simpan baik-baik dan jejakkan dalam pikiran. Bagaimana pun, pelatihan yang baik hanya akan terlihat hasilnya kalau kamu memang mau berlatih.
Ingat ya, Kelas "Menggambar dengan Kalimat" ... jangan sampai tidak ikut!
Yuliani Liputo
*
Tiga puluh hari bukanlah waktu yang sebentar ... dan saya mendapatkan seabrek ilmu baru soal menulis dari pengarang Murjangkung. Banyak hal yang saya baru ketahui, pelajari, dan sadari. Tentu materi-materi yang pengarang Bidadari yang Mengembara sampaikan tidak semuanya langsung saya pahami; tapi yang pasti banyak pintu tertutup yang kini terbuka di dalam kepala saya setelah mengikuti kelas menulis tersebut. Saya juga jadi sadar bahwa mengikuti kelas menulis ternyata bermanfaat (percayalah, saya meragukan hampir semua kelas menulis, apalagi kelas menulis yang cuma tiga pertemuan dengan durasi masing-masing dua jam; itu kelas menulis atau kencan jangka pendek?).
Erwin Setia
*
Saya begitu menikmati materi yang disampaikan, hingga selalu ingin membacanya dengan perlahan.
Membacanya senang, memahaminya mudah, petunjuk latihannya jelas.
Yang berat adalah memaksa diri untuk melakukan latihan harian; yang rumit adalah apologi-apologi karena tidak mampu mendisiplinkan diri; dan yang tidak jelas adalah mengkambinghitamkan 'kesibukan' untuk kemalasan yang enggan dilawan.
Dalam pengajarannya, saya juga merasakan kesabaran dan ketulusan. Ini yang membuat pembelajaran semakin 'hidup'. Penyampaian materi di email, perbicangan di WAG, begitu dekat dan akrab.
Meski selama mondok, saya hanya berdiri di luar kelas, mengintip pelajaran dari jendela, mengerjakan hanya beberapa latihan dan menimbunnya di laptop, setidaknya saya telah mengalami langsung bagaimana penulis yang saya kagumi membagikan ilmu, membangun percakapan dan memotivasi.
Tentu pengalaman tersebut menjadi bekal belajar berharga untuk saya.
Juga, menjadi kebanggaan saya pada diri sendiri karena pernah mendapatkan mentoring langsung dari penulis yang saya kagumi.
Tauran (Finlandia)
*
"Saya tertarik mengikuti pelatihan karena, pertama, sastrawan hebat itu bernama A.S. Laksana dan, kedua, ia memberikan pelatihan spesifik yang selama ini saya rasakan sebagai kekurangan saya: menggambar dengan kalimat. Dari pelatihan itulah saya makin mengakui bahwa, meskipun sudah puluhan tahun menulis, saya ternyata masih punya banyak kekurangan.
"Saya sepakat dengan kata-kata A.S. Laksana, 'Menulis, bagaimanapun, adalah kecakapan yang kita dapatkan karena belajar. Dan apa yang kita dapatkan dari belajar selamanya harus kita pelajari.'"
Hermawan Aksan
*
Ketika AS Laksana membuka kelas menulis "Menggambar dengan Kalimat", aku mendaftar. Dan hasilnya, aku sungguh menyesal! Ya, menyesal kenapa banyak hal tentang menulis yang baru kuketahui sekarang.
Benar, ini seperti kuliah 2 semester. Jika anda merasa tulisan anda sudah buaguus dan layak dibaca dan dikagumi anak cucu kelak, tak perlu ikut ini. Cukup berpuas diri dengan karya anda hari ini. Tapi jika anda merasa tulisan anda masih buruk, perlu diperbaiki, dan anda berani menantang diri bahwa sekali dalam hidup haruslah melahirkan karya yang melampaui kesanggupan anda sendiri, kusarankan, ikutlah kursus ini. Salah satu yang kucintai dari proses menulis adalah ia mengajarkan kepadaku untuk terus membaca, belajar dan berlatih. Setiap hari. Sebuah proses yang tidak pernah berhenti.
Lilik HS
*
Saya lahir di sudut barat daya kabupaten Sleman dengan pesona pemandangan perbukitan Menoreh. Saya suka memandangi langit dan awan-awan di atasnya sampai matahari benar-benar tenggelam, dari langit berwarna putih hingga menjadi oranye dan berakhir gelap, sampai adzan maghrib terdengar bersahutan dan saya baru melangkah pulang. Mungkin saya jatuh cinta sehingga saya sangat ingin memindahkan senja itu di atas kertas dengan cat air. Tapi berkali-kali saya gagal. Saya kemudian menginsyafi, tangan saya tidak diciptakan untuk melukis. Pada tahun-tahun itu, di kampung saya belum pernah ada anak yang les melukis, jadi saya juga tidak memikirkannya. Ketika dewasa saya berharap barangkali tangan saya terlahir untuk menulis. Dan besar harapan saya bisa menggambarkan senja di bukit menoreh itu dengan kalimat. Tetapi sampai lama saya belum bisa-bisa juga melakukannya. Namun kali ini saya tahu ada tempatnya untuk belajar, maka saya ikuti kelas ini.
Sejak remaja ada sakit hati yang berubah menjadi sejenis dendam. Ia tumbuh menjadi panjang, menjalar kemana-mana dan merusak. Tidak ada orang yang tahu dendam ini. Jika saya bertemu dengan orang itu, saya menutupinya agar semua tampak wajar dan harmonis. Ketika saya bertambah tua, saya mendengar ajaran agama dan berbagai kata bijak yang menasihati saya untuk membunuh dendam itu. Dan rasanya dendam itu memang berkurang. Tapi ketika PMS datang, dendam itu muncul kembali, saya menyalah-nyalahkan dia, lalu saya menangis, lalu saya memukul-mukul apa yang di dekat saya, lalu kepala saya jadi berat dan akhirnya saya sadar ini urusan hormon. Jika begini kejadiannya saya harus berkesimpulan bahwa saya belum benar-benar sembuh. Saya dengar, orang bisa mengobati penyakit dendam dengan menulis. Dan bertahun-tahun saya ingin menuliskan perasaan saya. Tapi saya tidak tahu harus menulis dari mana dan bagaimana cara menuliskannya. Maka saya ikuti kelas ini. Dan sekarang saya tahu, saya harus memulainya dari tahap yang sangat awal, menyalin cerita-cerita bagus dari orang-orang ternama. Tapi sialnya, saya tidak tahu, siapa orang-orang ternama itu, maka jika guru menulis saya menyebut nama-nama dalam materi yang dikirimkannya, saya kemudian mencari nama-nama itu dengan mesin pencari.
Saya tahu jarak antara kemampuan saya saat ini dengan keberhasilan masih sangat jauh. Jalan ini masih panjang dan saya bermaksud menempuhinya meski selangkah demi selangkah. Dan bagi saya dengan kemampuan yang masih tertatih-tatih ini, saya rasa libur sekali dalam seminggu akan sangat berarti, karena materi yang terus-terusan selama 30 hari membuat saya seperti diajak berlari tanpa jeda, padahal saya masih ingin menikmati dan mendalami materi-materi itu. Meskipun saya masih ikut kelas menulis karakter, tapi hari ini tetap terasa nuansa perpisahannya. Satu yang sangat saya rasakan: meskipun ini kelas online, tapi saya sedang berguru pada manusia, benar-benar manusia. Bukan mesin.
Rahayu